Merupakan
sebuah misteri mengapa Kristus mempertahankan 5 luka suci ini setelah
kebangkitan. Kepada rasul Thomas, ia berkata : “Taruhlah jarimu di sini dan
lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan
jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” Kemudian Thomas
menjawab Ia dan berkata ‘Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Jn
20,27-28).
St. Thomas
Aquinas memberikan 5 alasan mendasar mengapa Kristus mempertahankan lima luka
ini dalam tubuhnya yang mulia setelah kebangkitan (Summa III.54,4) :
Pertama, karena kelima luka ini
memproklamasikan kemuliaan dan kemenangan Kristus. Seperti Adam yang memuliakan
dirinya melalui kesombongan dan ketidaktaatan, yang kemudian dikalahkan oleh
ular, begitu pula Kristus yang menyamakan dirinya melaui mazmur sebagai “cacing
dan bukan manusia” (Maz 22 : 6), untuk mengingatkan kita akan ular perunggu
yang diangkat oleh Musa untuk menyembuhkan orang yang terkena gigitan ular dan
dosa mereka (bdk Bil 21 : 7-9), “mengosongkan dirinya…Ia merendahkan diri-Nya,
taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib. Karenanya Allah memuliakan Ia, dan
mengaruniakan kepada-Nya nama diatas segala nama;…setiap lidah akan mengakui
bahwa Tuhan Yesus Kristus berada dalam kemuliaan Allah Bapa” (Filipi 2: 7-9,
11)
Kedua, Kristus mempertahankan luka-luka-Nya
dalam kemuliaan, untuk meneguhkan para muridnya dalam iman dan harapan akan
kebangkitan, dan memberi mereka keberanian untuk menderita demi nama-Nya. “Jika
Kristus tidak bangkit, sia-sialah iman kalian, karena kalian masih berada dalam
dosamu. Karenanya, mereka yang telah mati dalam Kristus, binasa semuanya. Jika
kita berharap pada Kristus hanya untuk kehidupan sekarang ini, maka kita ini
orang-orang paling malang. Tetapi sesungguhnya Kristus telah bangkit dari mati,
Dialah yang pertama sebagai yang sulung dari semua yang telah meninggal.
Seorang manusia telah mendatangkan kematian; seorang manusia juga yang
mendatangkan kebangkitan diantara orang mati” (1 Kor 15 : 17-21). Diyakinkan
akan harapan kita, kita tidak akan takut terhadap penderitaan dan kematian. St.
Petrus menganjurkan :”Sebaliknya kamu harus bergembira karena ikut ambil bagian
dalam penderitaan Kristus, sebab pada waktu kemulian-Nya dinyatakan, kamu juga
akan turut bersuka cita!” (1 Pet 4:12-13)
Ketiga, Ia mempertahankan luka-luka-Nya
dalam kemuliaan, agar Ia secara tetap menghadirkannya kepada Bapa di surga,
untuk memohon demi keselamatan kita. “Yesus sebagai Imam Agung,” masuk melalui
tabernakel yang sempurna dan lebih besar sekali untuk selamanya…melalui
darah-Nya ke dalam tempat Terkudus, setelah memperoleh penebusan abadi” bagi
kita. Ia masuk “ke dalam surga itu sendiri, sekarang ini Ia ada di hadirat
Allah demi kita. Oleh karena itu, untuk segala masa Ia sanggup menyelamatkan
mereka yang mendekati Allah melalui Dia, karena Ia hidup untuk menyampaikan
permohonan untuk mereka” (Ibr 9:11-12, 24; 7:25)
Keempat, untuk mengesankan mereka yang
telah Ia tebus melalui kematiaan-Nya, betapa dengan penuh kasih Ia datang
menolong mereka dengan menempatkan luka-luka-Nya dihadapan mereka. Ini Ia
lakukan tidak hanya untuk menggambarkan besarnya kasih-Nya (“Inilah kasih itu,
bukan kita yang telah mengasihi Allah, melainkan Ialah yang pertama-tama
mengasihi kita, dan mengurus putra-Nya sebagai kurban untuk menyilih dosa-dosa
kita” – 1 Yoh 4:10), tapi untuk menguatkan harapan kita. “Bila Allah ada di
pihak ktia, siapa berani melawan kita? Jika Allah tidak sayang akan Putra-Nya
sendiri, tetapi menyerahkan-Nya untuk kita semua, bagaimana Ia tidak memberikan
juga hal-hal yang lain bersama dengan Dia? (Roma 8:31-32). Ia tahu bahwa rasa
syukur yang besar akan menguatkan kita dalam rasa takut akan Tuhan dan
melindungi kita dari dosa. Hal ini menggerakkan St. Paulus untuk berseru kepada
umat di Galatia untuk membawa mereka kembali kepada Kristus :”Betapa tololnya
kamu, hai orang-orang Galatia! Bagaimana kamu dapat dipesona, meskipun dengan
jelas sekali Kristus telah diwartakan sebagai yang tersalibkan? Hanya ini yang
hendak kutanyakan kepadamu : Adakah kamu menerima Roh untuk melaksanakan hukum
taurat, atau oleh karena percaya kepada injil? …Kalau begitu sia-sia kamu sudah
mengalami semuanya ini! Kiranya tidak demikian”
Dan kelima, agar
pada Hari Penghakiman tampak bagi semua, bahkan mereka yang terkutuk, betapa
adil penghukuman itu sesungguhnya, di dalamnya mereka menolak dengan penghinaan
suatu penebusan yang agung. Penulis kuno berseru kepada mereka dalam pribadi
Kristus sang Hakin :”Lihatlah ia yang kami salibkan. Lihatlah luka-luka yang
kamu timbulkan. Sadarilah sisi yang kamu tikam. Karena olehmulah sisi itu
terbuka, dan kamu menolak masuk ke dalamnya” dan karenanya berbagi dalam
kehidupan itu sendiri. Kita juga membaca dalam Wahyu :”Lihatlah, Ia datang
dengan awan, dan segala mata akan memandang Ia bahkan mereka juga yang menikam
Dia” (Wahyu 1:7)
0 komentar:
Posting Komentar